Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Kiat Pemuda Hijrah
Senin, 11 Februari 2019

Kiat Pemuda Hijrah ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at, 3 Jumadal Akhirah 1440 H / 08 Februari 2019 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Sebuah hadits Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tentunya banyak faidah yang bisa kita petik. Tentang kisah Dzul Khuwaishirah. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari hadits Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْسِمُ قِسْمًا أَتَاهُ ذُو الْخُوَيْصِرَةِ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي فِيهِ فَأَضْرِبَ عُنُقَهُ فَقَالَ دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; “Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil”. Maka beliau berkata: “Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil”. Kemudian ‘Umar berkata; “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: “Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan).” (HR. Bukhari)

Subhanallah, kisah yang agung, yang bisa kita ambil banyak faidah. Terutama ketika kita aplikasikan dizaman ini, saudaraku sekalian. Para ulama mengambil faidah dari hadits ini. Bahwa diantara sifat kamu Khawarij, yaitu mereka tidak menghormati para ulama. Lihatlah Dzul Khuwaishirah ini.

Dzul Khuwaishirah tidak menghormati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan menuduh Rasulullah tidak bersikap adil. Subhanallah, maka dari itulah ketika kita melihat sebagian orang-orang yang lebih mendewakan akalnya, lebih mendewakan pendapat dirinya, lebih mendewakan pendapatnya, sehingga mereka meremehkan para ulama, mereka tidak pernah mau mendengarkan pemahaman para ulama, terutama ulama Salafush Shalih. Maka sungguh ini adalah kebinasaan, kecelakaan, karena ketika seseorang lebih mendahulukan pendapat dirinya atau mengikuti seorang dai yang ilmunya pun juga dangkal hanya karena pendapat da’i itu sesuai dengan pendapat dirinya. Dan ia tidak mau mengindahkan, tidak pula mendengar nasehat para ulama besar, maka ia pasti akan binasa sebagaimana orang-orang khawarij tersebut binasa.

Lihatlah ketika orang Khawarij itu muncul dizaman Ali bin Abi Thalib. Mereka memahami Al-Qur’an tidak sesuai dengan pemahaman para Sahabat. Mereka menuduh Ali kafir hanya karena Ali mempercayakan Abu Musa Al-Asy’ari dalam perdamaian bersama Muawiyah. Lalu menuduh Ali menyerahkan hukum kepada manusia. Sedangkan hukum itu milik Allah.

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Al-Maidah[5]: 44)

Lalu ia kafirkan Ali, ia kafirkan Muawiyah dan tidak mau mendengar fatawa para Sahabat tentang makna ayat tersebut. Maka seorang pemuda disaat ia hendak hijrah dan diawal-awal hijrah, seorang pemuda ketika ia berusaha menuntut ilmu, janganlah ia lepas dari bimbingan para ulama.

Ketika seorang pemuda, mereka lepas dari bimbingan para ulama dan tidak mau mendengar ucapan para ulama, lebih memperhatikan pendapat dirinya, lalu memilih pendapat ulama yang sesuai dengan selera dan keinginannya, maka disaat itulah dia akan binasa saudaraku sekalian.

Oleh karena itulah para ulama mengingatkan dari dahulu. Bahwasanya hendaklah para pemuda itu dibimbing oleh para ulama. Karena ketika para pemuda itu dibimbing oleh orang-orang yang ternyata bukan para ulama, sebatas para da’i-da’i saja yang tidak mempunyai kekuatan ilmu dan kekukuhan pemahaman yang sesuai dan pemahaman para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka disaat ia akan menyimpang saudaraku.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits tersebut. Apa kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? “Sesungguhnya akan muncul nanti ia bersama kawan-kawannya.” Bagaimana sifatnya? “Dimana seseorang dari kalian akan menganggap remeh shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka. Puasanya dibandingkan dengan puasa mereka.”

Rasulullah mensifati bahwa orang-orang Khawarij itu adalah ahli ibadah. Ahli didalam shalat, ahli didalam puasa. Bahkan Ibnu Abbas ketika meminta izin kepada Ali bin Abi Thalib untuk berdebat dengan orang-orang Khawarij yang berkumpul di sebuah tempat yang bernama Nahrawan.

Pergilah Ibnu Abbas menemui mereka. Dilihat oleh Ibnu Abbas ternyata kata Ibnu Abbas, jidat mereka hitam, tangan mereka kapalan, badan mereka kurus, wajah mereka pucat, karena setiap malam mereka shalat tak ada tidur, diwaktu siang mereka berpuasa terus-menerus. Luar biasa ibadahnya, namun Rasulullah tidak melihat ibadah mereka. Karena keyakinan mereka yang menyesatkan, karena mereka memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang dangkal, karena mereka menghalalkan darah kaum muslimin, mereka berusaha memahami Al-Qur’an dan pemahamannya sendiri. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mensifati mereka sebagai orang-orang Khawarij:

يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ

“Yang melesat dari agama.”

Maka janganlah kita tertipu dengan lahiriyah seseorang yang kita lihat seorang ahli ibadah, kalau ternyata aqidahnya menyesatkan saudaraku sekalian.

Ini Amr bin Ubaid, dia seorang ahli ibadah, seorang yang sangat rajin ibadahnya kepada Allah, akan tetapi para ulama tidak mau mengambil ilmunya, karena keyakinan dia, karena ia menolak takdir, ia termasuk orang-orang Qodariyah.

Ummatal Islam,

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mensifatinya lagi:

يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ

“Mereka membaca Al-Qur’an, akan tetapi tidak sampai ke kerongkongan mereka.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits ini. Bahwa orang Khawarij itu disifati mereka suka membaca Al-Qur’an, akan tetapi tidak sampai ke kerongkongan mereka. Apa yang dimaksud dengan tidak sampai ke kerongkongan? Dalam riwayat Abu Dawud Rasulullah menjelaskan:

يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ

“Ia menyangka bahwasannya Al-Qur’an itu mendukung pendapat mereka, padahal tidak mendukung mereka.”

Kenapa? Dalam satu riwayat yang lain Rasul bersabda ketika mensifati orang Khawarij:

أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ النَّاسِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Mereka masih muda-muda. Mereka adalah orang-orang bodoh, berkata dengan menggunakan sebaik-baik perkataan manusia, membaca Al Qur’an namun tidak melewati tenggorokannya, dan mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah melesat dari busurnya” (HR. Ibnu Majah)

Karena pemahaman mereka yang dangkal, sehingga mereka salah didalam memahami Al-Qur’an, mereka tidak merujuk para ulama, mereka tidak mau melihat pemahaman para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ummatal Islam,

Didalam riwayat Muslim Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَقُولُونَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ

“Mereka pun membawakan sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Muslim)

Lihatlah saudaraku, ternyata orang-orang Khawarij membawakan Al-Qur’an dan hadits untuk membenarkan pendapat mereka. Tapi Rasulullah mengatakan, mereka melesat dari agama. Ini memberikan kepada kita pelajaran yang agung, bahwa tidak setiap orang yang membawakan Al-Qur’an dan hadits, pemahamannya benar.

Al-Qur’an dan hadits tidak mungkin salah, yang salah pasti pemahamannya. Oleh karena itulah kita lihat, setiap ahli bid’ah, setiap orang-orang yang menyimpang, mereka berusaha mencari dalil yang sesuai dengan keinginan mereka, yang mereka kira bahwasanya dalil untuk mendukung pendapat mereka. Padahal sama sekali tidak mendukung mereka.

Ummatal Islam,

Berapa banyak dizaman ini para pemuda yang telah mulai hijrah, akan tetapi sayang tidak disertai kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hijrah hanya menjadi trend belaka, hijrah bagi mereka seakan-akan itu hanya menjadi sebuah gaya saja. Karena melihat artis Fulan yang hijrah, karena melihat seleb Fulan yang hijrah, lalu ia pun ikut-ikutan hijrah.

Padahal kalau hanya sebatas hijrah seperti itu saja, tidaklah menggembirakan sama sekali. Hakikat hijrah itu apabila para pemuda bersimpuh di majelis-majelis para ulama. Duduk di majelis-majelis para ulama, mengkaji kitab ulama-ulama Islam, berusaha mempelajari pemahaman Sahabat Rasulullah, para Tabiin, Tabiut Tabiin, sehingga mereka semangatnya yang terlebih dahulu adalah kepada ilmu bukan kepada bersikap atau sikap-sikap yang lainnya. Mereka selalu bertanya kepada para ulama sebelum melakukan sikap apapun, mereka berusaha untuk memperdalam Al-Qur’an dengan penafsirannya, hadits-hadits Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, demikian pula ilmu-ilmu alat yang lainnya.

Tapi ketika fenomena hijrah yang kita lihat dizaman sekarang yang begitu mengngeliat tidak disertai dengan bimbingan para ulama, tidak disertai dengan bersimpuhnya duduk di majelis-majelis para ulama yang telah kokoh keilmuan mereka, saya khawatir hanyalah hijrah yang semu. Yang kemudian setelah itu akan hilang bagaikan asap dan debu.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sini mensifati bagaimana sifat orang-orang Khawarij itu. Maka berusahalah, jangan sampai sifat tersebut ada pada diri kita. Berusahalah kita memahami Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan pemahaman yang shahih. Dan pemahaman yang paling shahih hanyalah pemahaman para Sahabat Rasulullah, para Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, para ulama yang mengikuti pemahaman mereka.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Berapa banyak dizaman ini saudaraku yang mereka pandai berbicara dalam agama di podium-podium? Berapa banyak orang orang yang pandai beretorika ketika ia berbicara tentang agama? Berapa banyak para pemuda yang lebih memperhatikan gaya bahasa seorang da’i? Tidak melihat bagaimana keilmuan dia.

Berapa banyak para ibu-ibu yang hanya terpengaruh dengan para da’i yang apabila berbicara membuat mereka menangis dan menyentuh hati? Namun tidak melihat bagaimana kelurusan manhaj seorang da’i tersebut.

Padahal ulama kita terdahulu, mereka sebelum menuntut ilmu kepada seseorang mereka perhatikan dulu dua bulan. Mereka bertanya-tanya ke orang-orang bagaimana ilmu dia? Bagaimana ‘aqidah dia? Dari mana ia mengambil ilmu? Siapa guru-gurunya? Kepada siapa dia menuntut ilmu? Sampai-sampai yang ditanya berkata, “Apakah kamu hendak menikahkan ia dengan anak wanitamu?”

Mereka sangat berhati-hati karena kehati-hatian itu adalah pangkal keselamatan agama. Ketika seseorang tidak berhati-hati, ia akan mudah terkena syubhat dan terombang-ambing dalam syubhat tersebut. Sehingga akhirnya ia pun tersesat jalannya diawal ketika ia menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berapa banyak dizaman sekarang da’i da’i yang membawakan Al-Qur’an dan hadits sesuai dan pemahamannya sendiri, tidak merujuk pemahaman para Sahabat, tidak pula para Tabi’in, tidak pula para Tabi’ut Tabi’in? Berapa banyak orang-orang yang berdakwah, berceramah di televisi-televisi ternyata mereka tidak bisa bahasa Arab, tidak pula menguasai ilmu-ilmu alat, sehingga akhirnya ia berbicara dengan ra’yunya belaka. Ia berbicara hanya sebatas dengan pendapatnya saja. Sehingga akhirnya yang seperti ini lebih banyak merugikan kaum Muslimin dari pada memberikan manfaat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن التَّوَّابِين
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن المتَّقِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Pencarian:

gerakan pemuda hijrah, gerakan pemuda hijrah bandung, artikel pemuda hijrah, pemuda hijrah kata kata, tausiyah pemuda hijrah, khutbah pemuda hijrah, pemuda hijrah bandung, pemuda hijrah jakarta, pemuda hijrah indonesia, pemuda hijrah sukses, kiat pemuda hijrah, pemuda hijrah istiqamah, pemuda hijrah ilmu, pemuda hijrah terbaru, nasihat pemuda hijrah, terbaru pemuda hijrah, kajian pemuda hijrah, ceramah pemuda hijrah, cerita pemuda hijrah, kisah pemuda hijrah, kesuksesan pemuda hijrah, ilmu pemuda hijrah, kajian Islam pemuda hijrah, ceramah agama pemuda hijrah, niat pemuda hijrah, keberhasilan pemuda hijrah, pemuda hijrah sesungguhnya, pemuda hijrah 2019, gerakan pemuda hijrah, gerakan pemuda hijrah bandung, artikel pemuda hijrah, pemuda hijrah kata kata, tausiyah pemuda hijrah, khutbah pemuda hijrah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46594-khutbah-jumat-kiat-pemuda-hijrah/